Senin, 04 Juli 2011

BAND UNDERGROUND DARI UJUNG BERUNG

Band underground dari Ujungberung memiliki prestasi yang tidak bisa dianggap enteng. Selain punya pasar di dalam negeri, lagu-lagu mereka juga pernah dirilis di luar negeri.

Jasad band lagu-lagunya sempat dirilis di Amerika oleh sebuah label di Amerika. Sedangkan Forgotten albumnya dirilis di Jerman dan Eropa Timur.

Adapun Burgerkill pernah mendapat penghargaan Anugerah Musik Indonesia 2004 dengan menyabet kategori Best Metal Production untuk albumnya ”Berkarat”. Album ketiga Burgerkill, ”Beyond Coma and Despair”, dinobatkan menjadi salah satu dari 150 album sepanjang masa di Indonesia versi majalah Rolling Stone.

Bagi yang tidak mengikuti dunia musik metal, mari kita berkenalan dengan band-band tersebut. Burgerkill yang mengusung musik hardcore dibentuk awal tahun 1995 oleh Eben, Kimung, dan almarhum Ivan. Mereka adalah teman satu sekolah di SMA Negeri 1 Ujungberung. Sampai sekarang, personel lama yang masih ada di Burgerkill tinggal Eben.

Sempat dikontrak label besar Sony Music Indonesia, belakangan Burgerkill meninggalkan Sony karena tidak ada kesesuaian. Album-album Burgerkill kini ditangani label rekaman Revolt! yang didirikan Eben.

Sedangkan Jasad diawaki oleh Man, Ferly, Yuli, dan Dani. Selain bermusik, Dani, penabuh drum Jasad, membuka studio band kecil-kecilan di rumahnya. Dani juga memberi kursus drum di rumahnya.

Forgotten didirikan tahun 1994 dan salah satu pendirinya adalah Addy Gembel. Sampai sekarang, Forgotten sudah mengeluarkan empat album yang diproduksi sendiri. Agar karyanya bisa dinikmati orang banyak, Addy Gembel mengaku malah bekerja sama dengan para pembajak compact disc (CD).

”Semakin banyak dibajak semakin bagus. Bagi saya, ide itu gratis,” kata Addy. Selain membajak lagunya sendiri, seperti band-band lain Addy juga memasang lagu-lagunya di situs web. Dari situ lagu-lagu Forgotten bisa dengan mudah diunduh (download) oleh siapa saja yang masuk ke situs web Forgotten. Hal sama dilakukan oleh Burgerkill, Jasad, dan band-band lain.

Bicara soal band rock/metal di Bandung pasti tidak bisa lepas dari Koil. Band electro metal ini juga lahir dari komunitas independen di Bandung, namun bukan berasal dari Ujungberung. Koil yang berdiri tahun 1993 ini diawaki oleh Leon, Doni, Ibrahim, dan Otong.

Perusahaan minuman keras Jack Daniel’s menggandeng Koil untuk dijadikan ikon produknya. Menurut Otong, Koil ketika itu membutuhkan biaya untuk mempromosikan albumnya.

Sahabat

Kalau disimak, band-band metal di Bandung rata-rata sudah eksis sejak belasan tahun. Selain bermain band, mereka juga bekerja sama membuka bisnis yang biasanya berlandaskan kepercayaan. Menurut Gustaf, seniman yang juga mengelola Commonroom Foundation, hal itu disebabkan karena hubungan antarpersonel band itu sudah terjalin sejak mereka masih remaja. ”Mereka punya semangat untuk maju bersama dengan teman masa kecil,” kata Gustaf.

Personel Koil, misalnya, sudah berteman sejak mereka masih duduk di bangku SMP. Selain band, Otong dan Leon lalu membuka kantin di samping Distro God Incorporated, yang juga dimiliki oleh Otong. Leon yang drummer ternyata jago memasak mulai dari nasi goreng hingga ayam rica-rica.

Persahabatan Addy dengan teman-temannya di Forgotten juga terjalin semenjak mereka SMP dan SMA. Demikian juga dengan Ameng dan Abah dari Disinffected. Perusahaan sablon Melted Print yang dijalankan Ameng dan Abah semua karyawannya adalah teman-teman mereka.

Lapangan kerja yang dibuka Eben Burgerkill juga menampung teman-teman Eben di Ujungberung. Selain bermusik, Eben juga mengelola usaha sablon, dapur rekaman, studio musik, dan perusahaan periklanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar